Kamis, 21 November 2019

Tiga Tantangan Dakwah Era Millenial



Foto bersama para penyuluh agama Islam Jakarta Barat

Derasnya arus informasi akibat makin canggihnya teknologi telah merubah karakter hidup masyarakat. Hal ini diakibatkan oleh lambatnya penyesuaian masyarakat itu sendiri terhadap efek teknologi. Pola maupun gaya hidup masyarakat di era millenial II memerlukan teknik maupun pendekatan kepenyuluhan yang lebih efektif.

Setidaknya, terdapat tiga aspek yang melatarbelakanginya. Pertama, di era millenial umat Islam dihadapkan dengan pemikiran liberal/sekuler. Kedua, tantangan bagi da’i untuk mendakwahkan Islam wasathiyah / moderat dan ketiga, Indonesia menjadi pasar berbagai macam ideologi yang datang dari luar. Di era millenial diperlukan figur da’i progresif yang tidak hanya memiliki kualifikasi qolbu, tetapi juga Ilmu, Sosial, Ekonomi dan Fisik.

Seorang da’i tidak cukup hanya memiliki kualitas qolbu atau kebaikan hati saja. Keilmuan yang memadai merupakan alat utama yang wajib dikuasai da’i. Tanpa keilmuan maka seseorang tidak akan dapat menjadi da’i yang baik. Untuk dapat berinteraksi dengan baik, maka da’i harus mampu bersosialisasi dengan baik pula. Mengingat tugas da’i adalah di lapangan, faktor fisik merupakan modal penting untuk melakukan mobilisasi. Sedangkan faktor ekonomi merupakan pelengkap dari keempat komponen tersebut.

Terdapat tiga tantangan utama dakwah di era millenial, yakni perubahan perilaku pada masyarakat, transmisi ajaran Islam dari da’i ke mad’u (objek dakwah) dan pada saat yang sama masyarakat yang menjadi objek dakwah pasti berinteraksi dengan pihak lain yang belum tentu membawa pesan baik.

Perubahan perilaku akibat pengaruh teknologi dan globalisasi harus disikapi secara arif dan bijaksana. Tantangan tersebut merupakan faktor utama yang harus dinetralisir melalui kearifan ilmu dan sikap. Setelah perubahan perilaku membaik, maka baru kemudian dapat terjadi transfer ajaran agama. Pengertian yang telah tertanam akan mendapat pengaruh dari interaksi dengan orang lain. Jika mad’u sudah tidak terpengaruh oleh masyarakat lain yang berbeda, maka tanda-tanda keberhasilan dakwah mulai nampak. Semoga. (Red-M. Shofi)